Senin, 27 September 2010

Carpal Tunnel Syndrome (Buat yang berlebihan ngomput, nge-net, nge-game, sms, & chat)

Carpal Tunnel Syndrome (Buat yang berlebihan ngomput, nge-net, nge-game, sms, & chat)
DEFINISI
Tulang pergelangan tangan adalah kata berasal dari kata Yunani “karpos” yang berarti “pergelangan tangan.” pergelangan tangan ini dikelilingi oleh sekelompok jaringan ikat yang biasanya berfungsi sebagai dukungan untuk sendi.
Ruang ketat antara band fibrosa dan tulang pergelangan disebut terowongan karpal. N. medianus melewati terowongan karpal untuk menerima sensasi dari jempol, indeks, dan jari tengah tangan. Setiap kondisi yang menyebabkan pembengkakan atau perubahan posisi pada jaringan di dalam terowongan carpal dapat menekan dan mengiritasi saraf median. Iritasi pada saraf median dengan cara ini menyebabkan kesemutan dan mati rasa di jempol, indeks, dan jari tengah, sebuah kondisi yang dikenal sebagai “carpal tunnel syndrome.”

CTS adalah penyakit yang terjadi pada pergelangan tangan serta jari yang disebabkan oleh tekanan yang sering terjadi pada bagian tersebut. Dan biasanya sering diakibatkan karena terlalu sering memakai keyboard dan mouse, walaupun banyak penyebab lainnya tetapi pemakaian komputer yang terlalu sering menjadi salah satu penyebab yang paling banyak terjadi untuk penyakit persendian pergelangan tangan ini.
Dalam jangka panjang, penyakit ini bisa menyebabkan kelumpuhan pada tangan. Resiko terkena CTS adalah kurang lebih 10% untuk orang dewasa. Wanita bahkan mempunyai resiko 3 kali lipat lebih banyak untuk terkena Carpal Tunnel Syndrome dibandingkan dengan pria.
Carpal tunnel syndrome adalah baal, kesemutan nyeri, dan kelemahan di ibu jari, telunjuk dan jari tengah sebagai hasil dari iritasi saraf median di pergelangan tangan.
PENYEBAB
1. Penggunaan tangan yang terlalu berlebihan seperti mengetik, memegang mouse, menggunakan Handphone& Blackberry
2. Faktor genetika
3. Stress, trauma, kehamilan
(BB-user pict.)

Sindrom carpal tunnel disebabkan bagian syaraf yang tertekan, di bagian telapak dari pergelangan tangan (daerah tersebut disebut carpal tunnel). Bagian tengah syaraf yang melayani ibu jari tangan. Tekanan tersebut terjadi ketika jaringan serat menjadi menumpuk dan membengkak karena berbagai macam sebab pada bagian telapak pada pergelangan tangan.
Sindrom carpal tunnel sering terjadi-khususnya pada wanita- dan dapat berpengaruh pada satu atau pada kedua tangan. Biasanya berisiko pada orang yang pekerjaannya memerlukan pergerakan pergelangan tangan terus-menerus, seperti penggunaan obeng. penyebab lain adalah penggunaan keyboard pada komputer yang posisinya tidak baik. Gerakan yang terus menerus (misalnya penggunaan berbagai macam alat) juga diklaim sebagai penyebab sindrom carpal tunnel. Wanita hamil dan orang yang menderita diabetes, kelenjar gondok jinak, gout, sendi rematik beresiko tinggi terkena CST.
Bagi sebagian besar pasien, penyebab sindrom carpal tunnel mereka tidak diketahui. Setiap kondisi yang tekanannya pada saraf median di pergelangan tangan dapat menyebabkan CTS. kondisi umum yang dapat menyebabkan CTS termasuk obesitas, kehamilan, hipotiroidisme, arthritis, diabetes, dan trauma. Tendon peradangan dihasilkan dari pekerjaan berulang, seperti mengetik tanpa gangguan, juga dapat menyebabkan gejala terowongan karpal. CTS dari manuver berulang telah disebut sebagai salah satu cedera stres berulang. Beberapa penyakit langka dapat menyebabkan pengendapan zat abnormal di dalam dan sekitar terowongan karpal, yang menyebabkan iritasi saraf.

DIAGNOSA
Diagnosa yang banyak dilakukan adalah memeriksa tangan dan pergelangan tangan yang terkena, sebelum operasi seorang dokter pertama-tama memperhatikan cara kerja syaraf untuk meyakinkan apakah yang menjadi penyebab sindrom carpal tunnel.
Diagnosis sindrom carpal tunnel dicurigai berdasarkan gejala dan distribusi dari tangan mati rasa. Pemeriksaan leher, bahu, siku, pulsa, dan refleks dapat dilakukan untuk mengecualikan kondisi lain yang dapat meniru sindrom carpal tunnel. pergelangan tangan dapat diperiksa bengkak, kehangatan, nyeri, deformitas, dan warna. Kadang-kadang menekan bagian depan pergelangan tangan dapat mereproduksi kesemutan tangan, dan disebut sebagai tanda Tinel tentang sindrom carpal tunnel. Gejala dapat juga pada waktu yang akan direproduksi oleh pemeriksa dengan menekuk pergelangan tangan ke depan (disebut sebagai manuver Phalen’s).
Diagnosis sangat disarankan ketika tes kecepatan konduksi saraf tidak normal. Tes ini melibatkan pengukuran tingkat kecepatan impuls listrik ketika mereka melakukan perjalanan ke saraf. Dalam sindrom carpal tunnel, dorongan melambat karena melintasi melalui terowongan karpal. Sebuah tes otot ekstremitas tersebut, Elektromiogram (EMG), kadang-kadang dilakukan untuk menyingkirkan atau mendeteksi kondisi lain yang mungkin meniru carpal tunnel syndrome.
(Hasil penelitian yang menunjukkan EMG tangan kanan dalam penggunaan mouse)
TANDA-TANDANYA
antara lain seperti sering pegal dan atau nyeri pada bagian pergelangan tangan maupun juga jari tangan, terutama pada bagian ibu jari, telunjuk dan jari tengah.
Hal terburuk yang mungkin terjadi?? jangan dianggap enteng dengan masalah CTS ini karena bisa saja CTS mengakibatkan putusnya sendi pergelangan tangan sehingga tangan tidak dapat berfungsi dengan sebagaimana mestinya bahkan mungkin tidak dapat digerakkan sama sekali.

GEJALA
Rasa kebas, dan parasthesia (seakan-akan terbakar dan bergetar) di ibu jari, telunjuk, dan jari tengah, atau pada beberapa pasien terjadi di telapak tangan.
Susah menggenggam dan mengepalkan tangan.
Sering menjatuhkan barang
Gejalanya, berkaitan dengan tekanan syaraf, rasa tidak nyaman, kebas, rasa gatal, dan nyeri pada tiga jari pertama dari sebelah ibu jari tangan. kadangkala, terasa sakit dan terbakar atau rasa gatal pada lengan dan bahu. lebih terasa ketika penderita tidur karena cara tangan diposisikan. Seiring waktu, otot pada tangan di Gejalanya, berkaitan dengan tekanan syaraf, rasa tidak nyaman, kebas, rasa gatal, dan nyeri pada tiga jari pertama dari sebelah ibu jari tangan. kadangkala, terasa sakit dan terbakar atau rasa gatal pada lengan dan bahu. lebih terasa ketika penderita tidur karena cara tangan diposisikan. Seiring waktu, otot pada tangan di bagian ibu jari menjadi lemas dan menyusut sampai tidak bisa digerakkan (atrophy). bagian ibu jari menjadi lemas dan menyusut sampai tidak bisa digerakkan (atrophy).
(Area nyeri pada CTS)
PENCEGAHAN
Letak keyboard yang benar
Penggunaan keyboard komputer yang tidak benar menimbulkan sindrom carpal tunnel. Untuk menghindari luka tersebut, pengguna harus menjaga pergelangan pada posisi yang benar, yaitu, antara tangan dengan bahu harus lurus. tangan boleh lebih rendah daripada bahu. Tetapi tangan tidak boleh lebih tinggi, dan pergelangan tidak boleh menggantung. Keyboard letaknya harus selalu rendah, tangan dijaga supaya lebih rendah dari siku. Penyangga pergelangan tangan dipergunakan untuk menopang pergelangan tangan. Perhatikan gambar di bawah ini!
(Posisi tangan yang benar pada keyboard )
* Beristirahat secara teratur setiap 15-20 menit dengan melekukkan dan meluruskan pergelangan tangan.
* Jangan menempatkan keyboard pada posisi lebih tinggi atau lebih rendah daripada siku tangan.
* Duduklah dengan tegak.
* Jagalah agar tangan Anda selalu hangat.
(Ergonomik tubuh yang tepat dalam mengoperasikan komputer)
Salah satu cara untuk melakukan pencegahan adalah dengan cara mengetahui bagaimana duduk yang benar dan baik serta posisi tangan pada saat menggunakan keyboard atau mouse.


1. Jarak Pandang antara mata dengan komputer minimal 60 cm.
2. Pandangan antara mata ke monitor harus mengarah sedikit ke bawah atau sekitar 5-15° lebih rendah dari posisi horisontal pandangan mata.
3. Usahakan menghindari pantulan lampu atau cahaya yang masuk ke monitor.
4. Posisi tangan di atas keyboard harus membentuk sudut 90 derajat (lihat gambar) begitu juga kaki.
5. Atur bangku anda sehingga posisi tangan menjadi sejajar dengan meja ketika anda menggunakan keyboard
6. Jangan menggunakan komputer tanpa henti (lebih dari 2 jam), berdiri, sedikit olahraga (strecthing) dan berjalanlah sebentar (1 menit) secara periodik sebelum melanjutkan pekerjaan Anda.
7. Gunakan penyangga mouse dan atau keyboard untuk kenyamanan Anda.
8. Gunakan penyangga kaki bila diperlukan.
9. Gunakan kursi yang dapat menyangga posisi punggung Anda.
Tidak mudah memang untuk melakukan semua itu diatas, apalagi bila berhubungan dengan istirahat pada saat kerjaan menumpuk dan kemungkinan besar kita akan lupa waktu.
Vertical mouse juga dapat digunakan untuk mencegah atau mendukung proses therapy CPS, namun sampai saat ini harganya masih belum dikatakan murah

.

(Gambar Vertical Mouse) Siapa yang udah punya????

PENGOBATAN
Untuk penyakit ini pengobatan terbaik adalah menghindari posisi pergelangan tangan terulur atau menekan terlalu keras bagian syaraf. Mengikat pergelangan tangan untuk menopang tangan pada posisi normal (khususnya pada malam hari) dan mengatur sudut keyboard komputer dapat membantu. Pengobatan berdasarkan penyakit (seperti rheumatoid arthritis atau kelenjar tiroid kurang aktif) dapat membantu mengurangi gejala.

Suntikan cairan kortikosteroid ke dalam pergelangan tangan ada kalanya memberi rasa nyaman yang lama. Jika rasa sakit terjadi terus menerus atau jika pergerakan otot tidak berfungsi atau melemah, operasi adalah jalan keluar terbaik untuk membebaskan tekanan pada bagian syaraf. Ahli bedah akan memotong gumpalan jaringan serat yang letaknya menekan syaraf

PENGARUH EPINEFRIN DAN ASETILKOLIN TERHADAP OTOT USUS

PENGARUH EPINEFRIN DAN ASETILKOLIN TERHADAP OTOT USUS

DASAR TEORI
Kontrol Saraf Terhadap Fungsi Gastrointestinal-Sistem Saraf Enterik
Traktus gastrointestinal memiliki sistem persarafan sendiri yang disebut sistem saraf enterik. Sistem ini seluruhnya terletak di dinding usus, mulai dari esofagus dan memanjang sampai ke anus. Jumlah neuron pada sistem enterik ini sekitar 100 juta, hampir sama dengan jumlah pada keseluruhan medula spinalis; Sistem saraf enterik yang sangat berkembang ini bersifat penting, terutama dalam mengatur fungsi pergerakan dan gastrointestinal.
Sistem saraf enterik terutama terdiri atas dua pleksus: (1) pleksus bagian luar yang terletak diantara lapisan otot longitudinala dan sirkular, disebut pleksus mienterikus atau pleksus Auerbach, dan (2) satu pleksus bagian dalam, disebut pleksus submukosa atau pleksus meissner yang terletak di dalam submukosa.
Pleksus mienterikus terutama mengatur pergerakan gastrointestinal, dan pleksus submukosa terutama mengatur sekresi gastrointestinal dan aliran darah lokal. Selain itu, terdapat serabut-serabut simpatis dan parasimpatis ektrinsik yang berhubungan ke kedua pleksus mienterikus dan submukosa. Walaupun sistem saraf enterik dapat berfungsi dengan sendirinya, tidak bergantung dari saraf-saraf ekstrinsik ini, perangsangan oleh sistem parasimpatis dan simpatis dapat sangat meningkatkan atau menghambat fungsi gastrointestinal lebih lanjut.
Pada ujung-ujung saraf simpatis yang berasal dari epitelium gastrointestinal atau dinding usus dan mengirimkan serabut-serabut aferen ke kedua pleksus sistem enterik, dan (1) ke ganglia prevertebra dari sistem saraf simpatis, (2) ke medula spinalis, dan (3) ke dalam saraf vagus menuju ke batang otak. Saraf-saraf sensoris ini dapat mengadakan refleks-refleks lokal di dalam dinding usus itu sendiri dan refleks-refleks lain yang disiarkan ke usus baik dari ganglia prevertebra maupun dari daerah basal otak.
Jenis-Jenis Neurontransmiter yang Disekresi oleh Neuron-Neuron Enterik
Dalam usaha untuk lebih memahami berbagai fungsi sistem saraf enterik gastrointestinal, para peneliti dari seluruh dunia telah mengidentifikasikan selusin atau lebih zat-zat neurontransmiter yang berbeda yang dilepaskan oleh ujung-ujung saraf dari berbagai tipe neuron enterik. Dua dari neurontransmiter yang telah kita kenal adalah (1) asetilkolin, dan (2) norepinefrin. Yang lain adalah (3) adenosin trifosfat, (4) serotonin, (5) dopamin, (6) kolisistokinin, (7) substansi P, (8) polipeptida intestinal vasoaktif, (9) somatostatin, (10) leu-enkefalin, (11) metenkefalin, dan (12) bombesin. Fungsi-fungsi khusus dari banyak neurontransmiter ini tidak terlalu dikenal untuk dibahas disini, selain pembahasan hal berikut:
Asetilkolin paling sering merangsang aktivitas gastrointestinal. Norepinefrin, hampir selalu menghambat aktivitas gastrointestinal. Hal ini juga berlaku pada epinefrin, yang mencapai traktus gastrointestinal terutama lewat aliran darah setelah disekresikan oleh medula adrenal ke dalam sirkulasi. Substansi transmiter lain yang disebutkan tadi adalah gabungan dari bahan-bahan eksitator dan inhibitor.
Asetilkolin (Ach) merupakan neurontransmiter yang dikeluarkan oleh semua serat praganglion otonom, serat pascaganglion parasimpatis, dan neuron motorik.
Epinefrin hormon primer yang dikeluarkan oleh medula adrenal
Tempat pengeluaran Asetilkolin dan Norepinefrin
ASETILKOLIN

NOREPINEFRIN
Semua ujung (terminal) praganglion system saraf otonom

Sebagian besar ujung pascaganglion simpatis
Semua ujung pascaganglion parasimpatis

Medulla adrenal
Ujung pascaganglion simpatis di kelenjanr keringat dan sebagian pembuluh darah di otot rangka

Susunan saraf pusat
Ujung neuron aferen yang mempersarafi otot rangka (neuron motorik)


Susunan saraf pusat


Pengaturan Otonom Traktus Gastrointestinal
Jalur saraf otonom terdiri dari suatu rantai dua neuron, dengan neurotransmitter terakhir yang berbeda antara saraf simpatis dan parasimpatis. Setiap jalur saraf otonom yang berjalan dari SSP ke suatu organ terdiri dari SSP ke suatu organ terdiri dari suatu rantai yang terdiri dari dua neuron. Badan sel neuron yang pertama di rantai tersebut terletak di SSP. Aksonnya, serat preganglion, bersinaps dengan badan sel neuron kedua, yang terdapat di dalam suatu ganglion di luar SSP. Akson neuron kedua, serat pascaganglion, mempersarafi organ-organ efektor.
Sistem saraf otonom terdiri dari dua divisi-sistem simpatis dan parasimpatis. Serat-serat saraf simpatis berasal dari daerah torakal dan lumbal korda spinalis. Sebagian besar serat preganglion simpatis berukuran sangat pendek, bersinaps dengan badan sel neuron pascaganglion didalam ganglion yang terdapat di rantai ganglion simpatis yang terletak di kedua sisi korda spinalis. Serat pascaganglion panjang yang berasal dari rantai ganglion itu berakhir di organ-organ efektor. Sebagian serat praganglion melewati rantai ganglion tanpa membentuk sinaps dan kemudian berakhir di ganglion kolateral simpatis yang terletak disekitar separuh jalan antara SSP dan organ-organ yang dipersarafi, dengan serat pascaganglion menjalani jarak sisanya.
Serat-serat praganglion parasimpatis berasal dari daerah cranial dan sacral SSP. Serat-serat ini berukuran lebih panjang dibandingkan dengan serat praganglion simpatis karena serat-serat itu tidak terputus sampai mencapai ganglion terminal yang terletak di dalam atau dekat dengan organ efektor. Serat-serat pascaganglion yang sangat pendek berakhir di sel-sel organ yang bersangkutan itu sendiri.
Serat-serat praganglion simpatis dan parasimpatis mengeluarkan neurotransmitter yang sama, yaitu asetilkolin (Ach), tetapi ujung-ujung pasca ganglion kedua system ini mengeluarkan neurotransmitter yang berlainan (neurotransmitter yang mempengaruhi organ efektor). Serat-serat pascaganglion parasimpatis mengeluarkan asetilkolin. Dengan demikian, serat-serat itu bersama dengan semua serat praganglion otonom, disebut serat kolinergik. Sebaliknya sebagian besar serat pascaganglion simpatis disebut serat adrenergic, karena mengeluarkan noradrenalin, lebih umum dikel sebagai norepinefrin. Baik asetilkolin maupun norepinefrin juga berfungsi sebagai zat perantara kimiawi di bagian tubuh lainnya.
v Persarafan Parasimpatis
Persarafan parasimpatis ke usus dibagi atas divisi kranial dan divisi sakral. Kecuali untuk beberapa serabut parasimpatiske regio mulut dan faring dari saluran pencernaan, serabut saraf parasimpatis kranial hampir seluruhnya di dalam saraf vagus. serabut-serabut ini memberi inervasi yang yang luas pada esofagus, lambung, pankreas, dan sedikit usus sampai separuh bagian pertama usus besar.
Parasimpatis sakral bersal darisegmen sakral kedua, ketiga, dan keempat dari medula spinalis serta berjalan melalui saraf pelvis ke seluruh bagian distal usus besar dan sepanjang anus. Arean sigmoid, rektum, dan anus diperkirakan mendapat persarafan parasimpatis yang lebih baik daripada nagian usus yang lain. Fungsi serabut ini terutama untuk menjalankan reflak defekasi.
Neuron-neuron postganglionik dari sistem parasimpatis gastrointestinal terletak terutama di pleksus mienterikus dan pleksus submukosa. Perangsangan saraf parasimpatis ini menimbulakan peningkatan umum dari aktivitas seluruh sistem saraf enterik. Hal ini kemudian akan memperkuat aktivitas sebagian besar fungsi gastrointestinal.
v Persarafan Simpatis
Serabut-serabut simpatis yang berjalan ke traktus gastrointestinal bersal dari medula spinalis antara segmen T-5 dan L-2. Sebagian besar serabut preganglionik yang mempersarafi usus, sesudah meninggalkan medula, memasuki rantai simpatis yang terlatak di sisi lateral kolumna spinalis, dan banyak dari serabut ini kemudian berjalan melalui rantai ke ganglia yang terletak jauh seperti ganglion seliaka dan berbagai ganglion mesenterica. Kabanyakan badan neuron simpatik postganglionik berada di ganglia ini, dan serabut-serabut post ganglionik lalu menyebar melalui saraf simpatis postganglionik ke semua bagian usus. Sistem simpatis pada dasarnya menginervasi seluruh traktus gastrointestinal, tidak hanya meluas dekat dengan rongga mulut dan anus, sebagaimana yang berlaku pada sistem parasimpatis. Ujung-ujung saraf simpatis sebagian besar menyekresikan norepinefrin dan juga epinefrin dalam jumlah sedikit.
Pada umumnya, perangsangan sistem saraf simpatis menghambat aktivitas traktus gastrointestinal, menimbulkan banyak efek yang berlawanan dengan yang ditimbulkan oleh sistem parasimpatis. Sistem simpatis menghasilkan pengaruhnya melalui dua cara: (1) pada tahap yang kecil melalui pengaruh langsung sekresi norepinefrin untuk menghambat otot polos traktus intestinal (kecuali otot mukosa yang tereksitasi oleh norepinefrin), dan (2) pada tahap yang besar melalui pengaruh inhibisi dari norepinefrin pada neuron-neuron pada seluruh sistem saraf enterik.
Perangsangan yang kuat pada sistem simpatis dapat menginhibisi peregerakan motor usus begitu hebat sehingga dapat benar-benar menghentikan pergerakan makanan melalui traktus gastrointestinal.
Efek sistem saraf otonom pada pada berbagai organ
ORGAN

Jenis reseptor simpatis

Efek stimulasi simpatis

Efek stimulasi parasimpatis
Saluran pencernaan


* α, β2 (organ-organ)



* ↓motilitas (gerakan)



* ↑ motilitas

HASIL PRAKTIKUM
Pengaruh epinefrin
Pengaruh asetilkolin
PEMBAHASAN
Selain sistem saraf enterik, kontrol pada traktus gastrointestinal juga dipengaruhi oleh saraf ekstrinsik, yaitu sistem saraf otonom. Jalur saraf otonom terdiri dari suaru rantai dua neuron, dengan neurontransmiter terakhir yang berbeda antara saraf simpatis dan saraf parasimpatis. Dalam hal ini serabut saraf simpatis memiliki hasil kerja yang berlawanan dari serabut saraf parasimpatis. Serabut saraf parasimpatis berguna untuk meningkatkan aktivitas traktus gastrointestital dalam percobaan ini adalah pergerakan atau motilitas usus. Sedangkan serabut saraf simpatis bekerja dengan efek yang berlawanan yaitu menghambat aktivitas traktus gastrointestinal. Pada masing-masing serabut mengsekresikan neurontransmiter yang berbeda untuk menghasilkan efek tersebut. Asetilkolin pada saraf parasimpatis dan Epinefrin pada saraf simpatis.
Dari hasil praktikum diatas dapat terlihat bahwa dengan pemberian larutan epinefrin akan menghasilkan penurunan frekuensi dan amplitudo jika dibandingkan dengan kontrolnya. Hal ini dapat terjadi karena epinefrin memberikan efek simpatis pada otot usus sehingga menghasilkan penurunan motilitas usus.
Sedangkan pada pemberian larutan asetilkolin akan terlihat adanya peningkatan frekuensi dan amplitudo dari peregangan usus. Karena asetilkolin merupakan neurotransmitter yang dihasilkan pada pasca ganglion saraf parasimpatis yang berpengaruh terhadap peningkatan motilitas usus.
KESIMPULAN

* Pemberian larutan epinefrin akan menurunkan motilitas usus.
* Pemberian larutan asetilkolin akan meningkatkan motilitas usus.

DAFTAR PUSTAKA

* Dorland, N. Kamus kedokteran Dorland. Edisi 29. Jakarta; EGC. 2002
* Sherwood, L. Fisiologi manusia dari sel ke sistem. Edisi 2. Jakarta; EGC. 2001
* Guyton, AC, Hall JE. Buku ajar fisiologi kedokteran. Edisi 11. Jakarta; EGC. 2007
* Despopoulos. Agamemnon. Stefan Sibernagl. Color atlas of physiology. 5th Edition. New York; Thieme Stuttgart. 2003
* Ganong, WF. Review of medical physiology. 20th Edition. USA; McGraw-Hill. 2001

Medulla Spinalis merupakan bagian dari Susunan Syaraf Pusat. Terbentang dari foramen magnum sampai dengan L1, di L1 melonjong dan agak melebar yang disebut conus terminalis atau conus medullaris. Terbentang dibawah conu terminalis serabut-serabut bukan syaraf yang disebut filum terminale yang merupakan jaringan ikat.
Terdapat 31 pasang syaraf spinal: 8 pasang syaraf servikal, 12 Pasang syaraf Torakal, 5 Pasang syaraf Lumbal, 5 Pasang syaraf Sakral dan 1 pasang syaraf koksigeal. Akar syaraf lumbal dan sakral terkumpul yang disebut dengan Cauda Equina. Setiap pasangan syaraf keluar melalui Intervertebral foramina. Syaraf Spinal dilindungi oleh tulang vertebra dan ligamen dan juga oleh meningen spinal dan CSF.


DASAR ANATOMI MEDULA SPINALIS

Medulla Spinalis merupakan bagian dari Susunan Syaraf Pusat. Terbentang dari foramen magnum sampai dengan L1, di L1 melonjong dan agak melebar yang disebut conus terminalis atau conus medullaris. Terbentang dibawah conu terminalis serabut-serabut bukan syaraf yang disebut filum terminale yang merupakan jaringan ikat.
Terdapat 31 pasang syaraf spinal: 8 pasang syaraf servikal, 12 Pasang syaraf Torakal, 5 Pasang syaraf Lumbal, 5 Pasang syaraf Sakral dan 1 pasang syaraf koksigeal. Akar syaraf lumbal dan sakral terkumpul yang disebut dengan Cauda Equina. Setiap pasangan syaraf keluar melalui Intervertebral foramina. Syaraf Spinal dilindungi oleh tulang vertebra dan ligamen dan juga oleh meningen spinal dan CSF.

MENINGEN SPINAL
Meningen Spinal terdiri atas tiga lapis yaitu: Dura mater, arachnoid dan piamater. Duramater yang merupakan lapisan yang kuat, Membran fibrosa, Bersatu dengan filum terminale. Piamater berupa lapisan tipis, kaya pembuluh darah, nyambung dengan medula spinalis. Rongga antara periosteum dengan duramater disebut dengan epidural yang merupakan area yang mengandung banyak pembuluh darah dan lemak. Rongga antara duramater dengan arachnoid disebut dengan subdural. Sub dural tidak mengandung CSF. Rongga antara Arachnoid dan Piamater disebut dengan Subarachnoid. Pada rongga ini terdapat Cerebro Spinal Fluid, Pembuluh Darah dan akar-akar syaraf

CAIRAN SEREBRO SPINAL
Cairan Serebro Spinal merupakan Cairan bening hasil ultrafiltrasi dari pembuluh darah di kapiler otak. Cairan ini selalu dipertahankan dalam keadaan seimbangan antara produksi dan reabsorpsi oleh pembuluh darah. CSF engandung air, protein dalam jumlah kecil, oksigen dan karbondioksida, Na,K,Ca,Mg,Cl, glukosa, Sel darah putih dalam jumlah kecil, dan material organik lainnya.

Struktur Internal
Terdapat substansi abu abu dan substansi putih. Substansi Abu-abu membentuk seperti kupu-kupu dikelilingi bagian luarnya oleh substansi putih. Terbagi menjadi bagian kiri dan kanan oleh anterior median fissure san median septum yang disebut dengan posterior median septum.
Keluar dari medula spinalis merupakan akar ventral dan dorsal dari syaraf spinal. Substansi abu-abu mengandung badan sel dan dendrit dan neuron efferen, akson tak bermyelin, syaraf sensoris dan motoris dan akson terminal dari neuron. Substansi abu-abu membentuk seperti huruf H dan terdiri dari tiga bagian yaitu: anterior, posterior dan Comissura abu-abu. Bagian Posterior sebagai input /afferent, anterior sebagai Output/efferent, comissura abu-abu untuk refleks silang dan substansi putih merupakan kumpulan serat syaraf bermyelin.


PERAN MEDULA SPINALIS
1. Pusat prosesing data
2. Jalur sensoris
3. Sistem piramidal dan ekstrapiramidal

REFLEKS SPINAL
Refleks merupakan respon bawah sadar terhadap adanya suatu stimulus internal ataupun eksternal untuk mempertahankan keadaan seimbang dari tubuh. Refleks yang melibatkan otot rangka disebut dengan refleks somatis dan Refleks yang melibatkan otot polos, otot jantung atau kelenjar disebut refleks otonom atau visceral.

Sistem Saraf Pada Manusia
Sistem Saraf
Setiap impuls saraf akan berhubungan dengan sistem saraf, yang terdiri dari sistem saraf sadar dan sistem saraf tak sadar atau sistem saraf otonom, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada skema berikut:

1. Saraf Pusat
Seluruh aktivitas tubuh manusia dikendalikan oleh sistem saraf pusat. Sistem ini yang mengintegrasikan dan mengolah semua pesan yang masuk untuk membuat keputusan atau perintah yang akan dihantarkan melalui saraf motorik ke otot atau kelenjar. Sistem saraf pusat terdiri dari otak dan sumsum tulang belakang. Otak dilindungi oleh tulang-tulang tengkorak, sedangkan sumsum tulang belakang dilindungi oleh ruas-ruas tulang belakang. Selain itu kedua organ tersebut dilindungi oleh selaput yang terdiri dari jaringan ikat yang disebut meninges. Meninges tersusun atas tiga lapisan yaitu: piameter, arachnoid dan durameter. Piameter, merupakan lapisan paling dalam yang banyak mengandung pembuluh darah. Arachnoid, merupakan lapisan tengah berupa selaput jaring yang lembut. Antara arachnoid dengan piameter terdapat rongga arachnoid yang berisi cairan. Durameter, merupakan lapisan paling luar, yang berupa membran tebal fibrosa yang melapisi dan melekat pada tulang.
Otak
Otak dibagi menjadi tiga bagian yaitu otak depan, otak tengah, dan otak belakang. Pembagian daerah ini tampak nyata hanya selama perkembangan otak pada fase embrio. Otak pada manusia dewasa terdiri dari beberapa bagian (lobus). Bagian-bagian dari otak adalah:
a. Otak Besar
Otak besar mengisi penuh bagian depan dari rongga tengkorak, dan terdiri dari dua belahan (hemifer) besar, yaitu belahan kiri dan belahan kanan,. Setiap belahan mengendalikan bagian tubuh yang berlawanan, yaitu belahan kiri mengatur tubuh bagian kanan, sebaliknya belahan kanan mengatur tubuh bagian kiri. otak besar terdiri atas dua lapisan yaitu lapisan luar (korteks) yang berisi badan neuron dan lapisan dalam yang berisi serabut saraf yaitu dendrit dan neurit. Otak besar terbagi menjadi empat lobus, yaitu lobus frontalis (bagian dahi), lobus parietalis (bagian ubun-ubun), lobus temporalis (bagian pelipis), lobus oksipitalis (bagian belakang kepala).
Otak besar merupakan saraf pusat yang utama karena berperan dalam pengaturan seluruh aktivitas tubuh,yaitu kecerdasan, keinginan, ingatan, kesadaran, kepribadian, daya cipta, daya khayal, pendengaran, pernapasan dan sebagainya. Setiap aktivitas akan dikendalikan oleh bagian yang berbeda, yaitu: Lobus frontalis (daerah dahi), berhubungan dengan kemampuan berpikir. Lobus temporalis (daerah pelipis), dan ubun-ubun mengendalikan kemampuan berbicara dan bahasa. Daerah belakang kepala merupakan pusat penglihatan dan memori tentang apa yang dilihat. Daerah ubun-ubun selain sebagai pusat berbicara juga pusat untuk merasakan dingin, panas, dan rasa sakit. Daerah pelipis selain sebagai pusat bicara juga sebagai pusat pendengaran.
b. Otak tengah (mesencephalon)
Otak tengah manusia berukuran cukup kecil,dan terletak didepan otak kecil. Otak tengah berperan dalam pusat pergerakan mata, misalnya mengangkat kelopak mata, refleks penyempitan pupil mata.
c. Otak belakang
Otak belakang terletak di bawah lobus oksipital serebrum, terdiri atas dua belahan dan permukaannya berlekuk-lekuk. Otak belakang terdiri atas tiga bagian utama yaitu: jembatan Varol (pons Varolli), otak kecil (serebelum), dan sumsum lanjutan (medula oblongata). Ketiga bagian otak belakang ini membentuk batang otak. Jembatan Varol berisi serabut yang menghubungkan lobus kiri dan lobus kanan otak kecil, menghubungkan antara otak kecil dengan korteks otak besar. Otak kecil, terletak di bawah bagian belakang otak belakang, terdiri atas dua belahan yang berliku-liku sangat dalam. Otak kecil berperan sebagai pusat keseimbangan, koordinasi kegiatan otak, koordinasi kerja otot dan rangka. Sumsum lanjutan, medula oblongata membentuk bagian bawah batang otak, berfungsi sebagai pusat pengatur refleks fisiologis, misalnya pernapasan, detak jantung, tekanan darah, suhu tubuh, gerak alat pencernaan, gerak refleks seperti batuk, bersin, dan mata berkedip.

Sumsum Tulang Belakang
Sumsum tulang belakang terletak di dalam rongga ruas-ruas tulang belakang,yaitu lanjutan dari medula oblongata memanjang sampai tulang punggung tepatnya sampai ruas tulang pinggang kedua (canalis centralis vertebrae).
Sumsum tulang belakang berfungsi sebagai pusat gerak refleks, penghantar impuls sensorik dari kulit atau otot ke otak, dan membawa impuls motorik dari otak ke efektor. Di dalam tulang punggung terdapat sumsum punggung dan cairan serebrospinal.
Pada potongan melintang bentuk sumsum tulang belakang tampak dua bagian yaitu bagian luar berwarna putih sedang bagian dalamnya berwarna abu-abu. Bagian luar berwarna putih karena mengandung dendrit dan akson dan berbentuk seperti tiang, sedangkan bagian dalam berwarna abu-abu berbentuk seperti sayap atau huruf H. Sayap (huruf H), yang mengarah ke perut disebut sayap ventral dan banyak mengandung neuron motorik dengan akson menuju ke efektor. Sedangkan sayap yang mengarah ke punggung disebut sayap dorsal, mengandung badan neuron sensorik.
2. Saraf Tepi
Sistem Saraf Tepi (Sistem saraf Perifer) Sistem saraf tepi adalah lanjutan dari neuron yang bertugas membawa impuls saraf menuju ke dan dari sistem saraf pusat. Berdasarkan cara kerjanya sistem saraf tepi dibedakan menjadi dua yaitu :

* Sistem saraf sadar,

Yaitu sistem saraf yang mengatur segala gerakan yang dilakukan secara sadar atau dibawah koordinasi saraf pusat atau otak. Berdasarkan asalnya sistem saraf sadar dibedakan menjadi dua yaitu: sistem saraf kepala (cranial) dan sistem saraf tulang belakang (spinal).

* Sistem saraf tak sadar

Berdasarkan sifat kerjanya saraf tak sadar dibedakan menjadi dua yaitu: saraf simpatik dan saraf parasimpatik.

Sirkulasi darah fetus

Sirkulasi darah fetus


Sebelum lahir, darah dari plasenta yang jenuh oksigen sekitar 80% kembali ke janin melalui vena umbilikalis. Saat nmendekati hati sebagian darah ini mengalir melalui duktus venosus langsung ke vena cava inferior. Sejumlah kecil masuk ke sinusoid hari dan bercampur dengan darah dari sirkulasi porta, mekanisme pengaturannya disebut mekanisme spingter. Darah plasenta, setalah berjalan singkat divena cava inferior bercampur dengan darah terdeoksinasi yang kembali ke ekstremitas inferior masuk ke atrium dextra. Disini darah diarahkan ke foramen ovale oleh katup vena cava inferior dan sebagian besar darah bejalan langsung ke atrium sinistra sejumlah kecil darah tidak dapat mengikuti jalan tersebut karena terhambat tepi bawah sektum sekundum, Krista dividens dan tetap berada diatrium dextra dan bercampur dengan darah terdesaturasi dari vena cava superior. Dari atrium sinistra, tempatnya bercampur dengan sedikit darah terdesaturasi yang kembali keparu-paru masuk ke ventrikel sinistra. Sewaktu kehidupan janin, resistensi dari pembuluh darah paru tinggi sehingga sebagian darah mengalir langsung melalui duktus arteriosus ke aorta decendens. Setelah berjalan melaui aorta decendens, darah mengalir ke plasenta melalui dua arteri, umbilikalis dextra dan umbilikalis sinistra.

Sistemik :

Plasenta vena umbilikalis vena cava inferior ( terdeoksigenasi dengan darah dari ektrimitas inferior, panggul, dan ginjal ) hati ( terdeoksigenasi dengan darah dari system vena porta ) atrium dextra ( teroksigenasi dengan darah dari kepala dan lengan ) foramen ovale atrium sinistra ( terdioksigenasi dengan darah dari paru ) ventikel kiri aorta asendens arteri coronaria dan
arteri carotis

aorta decendens arteri umbilikalis plasenta

Pulmonal :

Vena cava superior ( terdesaturasi) ventrikel dextra trunkus pulmonalis

duktus arteriosus aorta desendens arteri umbilikalis plasenta



Sirkulasi darah neonatus


Perubahan pada system vascular saat lahir disebabkan oleh terhentinya aliran darah plasenta dan dimulainya pernapasan. Karena duktus arteriosus menutup akibat kontarksi otot dindingnta. Jumlah darah yang mengalir melalui pembuluh darah paru meningkat pesat, hal ini selanjutnya meningkatkan tekanan diatrium sinistra. Secara bersamaan tekanan di atrium dextra menurun akibat berhentinya aliran darah plasenta. Sektum primum kemudian melekat ke sektum sekundum, dengan demikian foramen ovale menutup secara fungsional.

Secara singkat perubahan berikut ini terjadi pada system vascular neonatus :

 Penutupan arteri umbilikalis : akibat kontraksi otot polos didindingnya disebabkan oleh rangsangan suhu dan mekanis serta perubahan tegangan oksigen. Waktu penutupan secara fungsional setelah beberapa menit setelah lahir dan obliterasi sekitar dua sampai tiga bulan.
 Penutupan vena umbilikalis dab duktus venosus setelah penutupan arteri umbilikalis, vena umbilikalis membentuk ligament teres hepartis, duktus venosus membentuk ligament venosum.
 Penutupan duktus arteriosus oleh kontraksi otot didalamnya terjadi hamper sesaat setelah lahir, obliterasi satu sampai tiga bulan dan membentuk ligament arteriosum.
 Penutupan foramen ovale disebabkan oleh meningkatnya tekanan diatrium sinistra disertai oleh penurunan tekanan disisi kanan. Tarikan nafas pertama menekan sektum primum ke sektum sekundum, beberapa hari pertama masih reversible. Penutupan menyatu sekitar satu tahun. Apabila tidak menyatu disebut probe paten foramen ovale.

Sistemik :

Vebtikel sinistra aorta ascendens arteri carotis dan arteri coroner

aorta decendens seluruh tubuh

( arteri arteriola kapiler venula vena )

Pulmonal :

Vena cava superior dan Vena cava inferior atrium dextra Ventrilel dextra arteri pulmonalis patu-paru vena pulmonalis atrium sinistra

Apa itu sindrom kompartemen?

Apa itu sindrom kompartemen?

Compartment syndrome is a condition that occurs when injury causes generalized painful swelling and increased pressure within a compartment to the point that blood cannot supply the muscles and nerves with oxygen and nutrients. sindrom kompartemen adalah suatu kondisi yang terjadi ketika cedera menyebabkan pembengkakan dan tekanan umum meningkat menyakitkan dalam kompartemen ke titik yang darah tidak dapat memasok otot-otot dan saraf dengan oksigen dan nutrisi. Muscles in the forearm, lower leg and other body areas are separated by fibrous bands of tissues into compartments, and this fibrous tissue is very inflexible and cannot stretch to accommodate the generalized swelling. Otot-otot di lengan bawah, tungkai bawah dan daerah tubuh lainnya dipisahkan oleh band fibrosa dari jaringan ke dalam kompartemen, dan jaringan fibrosa ini sangat fleksibel dan tidak dapat meregang untuk menampung pembengkakan umum. If left untreated, muscles and nerves fail and may eventually die. Jika tidak diobati, otot dan saraf gagal dan akhirnya mungkin mati. As the compartment syndrome progresses, the structures controlled by the muscles and nerves inside the compartment may fail to function. Sebagai sindrom kompartemen berlangsung, struktur yang dikendalikan oleh otot dan saraf di dalam kompartemen mungkin gagal berfungsi.
While most often occurring in the forearm and lower leg, compartment syndrome can rarely occur in other parts of the body that have muscles contained in compartments, including the hands and feet. Meskipun paling sering terjadi pada lengan bawah dan tungkai bawah, sindrom kompartemen jarang dapat terjadi di bagian lain dari tubuh yang terkandung dalam kompartemen otot, termasuk tangan dan kaki.
Compartment syndrome may be acute due to swelling that arises from injury, or it may be chronic because of exertion usually from athletic exertion. sindrom akut Kompartemen mungkin karena pembengkakan yang timbul dari cedera, atau mungkin karena tenaga kronis biasanya dari kehabisan tenaga atletik.
What causes compartment syndrome? Apa yang menyebabkan sindrom kompartemen?
Muscles are contained in compartments or thick fibrous bands of tissue or fascia. Otot yang terkandung dalam kompartemen atau pita jaringan fibrosa tebal atau fasia. Because of injury, pressure can increase within the compartment to swelling (fluid accumulation) or bleeding. Karena cedera, tekanan dapat meningkatkan dalam kompartemen untuk pembengkakan (akumulasi cairan) atau pendarahan. In non-contracting muscle, the compartment pressure is normally about 0-15 mmHg of pressure. Dalam non-kontraktor otot, tekanan kompartemen biasanya sekitar 0-15 mmHg tekanan. If the pressure within the compartment increases (usually greater than about 30 -45mmHg; other clinicians use other pressure values that are within 30 mm of the diastolic blood pressure) most individuals develop compartment syndrome. Jika tekanan dalam meningkatkan kompartemen (biasanya lebih besar dari sekitar 30-45mmHg; dokter lain menggunakan nilai tekanan lain yang dalam waktu 30 mm dari tekanan darah diastolik) sebagian besar individu mengembangkan sindrom kompartemen. When these high compartment pressures are present, blood cannot circulate to the muscles and nerves to supply them with oxygen and nutrients. Ketika tekanan kompartemen tinggi yang hadir, darah tidak dapat beredar ke otot-otot dan saraf untuk memasok mereka dengan oksigen dan nutrisi. Compartment syndrome symptoms such as pain and swelling will occur. Gejala sindrom kompartemen seperti nyeri dan pembengkakan akan terjadi.
As the muscle cells lose their blood and oxygen supply, they use anaerobic metabolism and begin to die. Seperti sel-sel otot kehilangan darah dan pasokan oksigen, mereka menggunakan metabolisme anaerobik dan mulai mati. If the condition is not recognized and treated, the whole muscle can die, scar down, and contract. Jika kondisi ini tidak diakui dan diobati, seluruh otot bisa mati, bekas luka turun, dan kontrak. Similarly, nerve cells that are damaged may fail causing numbness and weakness in the structures beyond the injury site. Demikian pula, sel-sel saraf yang rusak mungkin gagal menyebabkan mati rasa dan kelemahan dalam struktur luar situs cedera. If infection or necrosis develops, the individual may need the limb amputated to prevent death. Jika infeksi atau nekrosis berkembang, individu mungkin perlu ekstremitas diamputasi untuk mencegah kematian.
What are the risk factors for compartment syndrome? Apa yang merupakan faktor risiko untuk sindrom kompartemen?
Acute compartment syndrome occurs as a complication of an injury. sindrom kompartemen akut terjadi sebagai komplikasi dari cedera. Often it is due to a fracture of the radius or ulna in the forearm or the tibia and fibula in the lower leg that causes significant bleeding in one or more of the compartments. Seringkali disebabkan oleh fraktur radius atau ulna di lengan atau tibia dan fibula di kaki bagian bawah yang menyebabkan perdarahan yang signifikan dalam satu atau lebih dari kompartemen. Bleeding can also be due to a badly bruised muscle . Crush injuries may cause both bleeding and swelling of a muscle. Perdarahan juga dapat disebabkan oleh buruk otot memar . Crush luka dapat menyebabkan pendarahan baik dan pembengkakan otot.
Some injuries can be more subtle. Beberapa cedera bisa lebih halus. If a person is incapacitated and immobile for a prolonged period of time, for example, due to alcohol or drug intoxication, swelling or muscle damage may occur because a blood vessel was compressed. Jika seseorang tidak mampu dan tidak bergerak untuk jangka waktu lama, misalnya, karena alkohol atau keracunan obat, bengkak atau otot kerusakan mungkin terjadi karena pembuluh darah dipadatkan. The weight of an object (or the weight of the body itself) compressing a muscle group can cause rhabdomyolysis (muscle breakdown). Berat suatu benda (atau berat tubuh sendiri) mengompresi kelompok otot dapat menyebabkan rhabdomyolysis (pemecahan otot).
Compartment swelling may occur if blood supply is re-established (reperfusion swelling) to an area that has lost it for a period of time. Kompartemen pembengkakan dapat terjadi jika suplai darah kembali didirikan (reperfusi pembengkakan) ke area yang telah hilang untuk jangka waktu tertentu. Two examples are: 1) a person is in an auto accident and their legs are trapped and compressed with heavy debris, and are subsequently freed from the debris after a period of time; 2) when a blood vessel is damaged and subsequently repaired through surgery. Dua contoh adalah: 1) seseorang dalam kecelakaan mobil dan kaki mereka terjebak dan dikompresi dengan puing-puing berat, dan kemudian dibebaskan dari puing-puing setelah jangka waktu tertentu; 2) saat pembuluh darah rusak dan kemudian diperbaiki melalui pembedahan .
Compartment syndrome may be a complication of bandages or casts that are applied too tightly, or due to swelling that occurs because the individual did not elevate the limb that was casted. Sindrom Kompartemen mungkin komplikasi perban atau gips yang diterapkan terlalu ketat, atau karena pembengkakan yang terjadi karena individu tidak mengangkat ekstremitas yang dicor.
Other abrupt causes of compartment syndrome include burns , snake and other envenomation, and anabolic steroid use . penyebab tiba-tiba lain dari sindrom kompartemen termasuk luka bakar , dan lain envenomation ular, dan penggunaan steroid anabolik . Individuals taking anticoagulants have a higher risk for compartment syndrome after trauma. Individu mengambil antikoagulan mempunyai resiko lebih tinggi untuk sindrom kompartemen setelah trauma. Because there is some controversy about when fasciotomy is required (especially with snake bites ) consultation with a surgeon emergently is recommended by most experts. Karena ada beberapa kontroversi tentang kapan fasciotomy diperlukan (terutama dengan gigitan ular ) konsultasi dengan dokter bedah emergently dianjurkan oleh para ahli yang paling.
Chronic compartment syndrome occurs because of excessive exercise , where repetitive motion and muscle use cause localized swelling and irritation. sindrom kompartemen kronis terjadi karena berlebihan olahraga , di mana gerakan berulang dan otot menggunakan menyebabkan pembengkakan dan iritasi. Most often, symptoms in the legs are seen with runners and bicyclists and in the arms of swimmers . Seringkali, gejala di kaki terlihat dengan pelari dan pengendara sepeda dan di tangan perenang . Symptoms resolve with rest and very rarely progress to an acute limb threatening situation. Gejala menyelesaikan dengan istirahat dan sangat jarang kemajuan ke situasi yang mengancam ekstremitas akut.
Apa pengobatan untuk sindrom kompartemen?
Prevention is the first step in the treatment of compartment syndrome. Significant injuries of the arms and legs that require casting or splinting should always be elevated and iced to minimize the potential for swelling. Elevation should be above the level of the heart. Pencegahan adalah langkah pertama dalam pengobatan sindrom kompartemen jantung. Signifikan luka dari lengan dan kaki yang membutuhkan casting atau harus splinting selalu ditinggikan dan es untuk memperkecil potensi pembengkakan. Ketinggian harus berada di atas tingkat dari. Ice therapy may even be considered even if a cast or splint has been placed. Terapi es bahkan bisa dianggap bahkan jika dituang atau belat telah ditempatkan.
Chronic or exercise induced compartment syndrome rarely requires any treatment; the pain and other symptoms usually stop minutes to hours after the activity is stopped. Kronis atau sindrom kompartemen diinduksi latihan jarang membutuhkan perawatan apapun; rasa sakit dan gejala lain biasanya berhenti menit sampai jam setelah aktivitas dihentikan. However, some individuals, over time, find the chronic compartment syndrome to be very limiting, especially if it causes them to stop a favorite sport (for example, running , tennis, or football). Namun, beberapa individu, dari waktu ke waktu, menemukan sindrom kompartemen kronis sangat membatasi, terutama jika hal itu menyebabkan mereka berhenti olahraga favorit (misalnya, berlari , tenis, atau sepak bola). Rarely, such individuals may have a surgeon cut open some of the fascia that comprises the compartment to reduce or stop the symptoms. Jarang, orang tersebut mungkin memiliki ahli bedah membedah beberapa fasia yang terdiri dari kompartemen untuk mengurangi atau menghentikan gejala.
Surgery (fasciotomy) Bedah (fasciotomy)
The treatment for acute compartment syndrome is surgery (fasciotomy). Pengobatan untuk sindrom kompartemen akut adalah operasi (fasciotomy). The surgeon (either an orthopedic or general surgeon) will perform a fasciotomy (see last reference for video of procedure), an operation where the thick, fibrous bands that line the muscles are filleted open, allowing the muscles to swell and relieve the pressure within the compartment (similar to splitting open the casing of a sausage). Ahli bedah (baik secara ortopedi atau bedah umum) akan melakukan fasciotomy (lihat referensi terakhir untuk video prosedur), suatu operasi di mana, tebal band berserat bahwa garis otot filleted terbuka, yang memungkinkan otot membengkak dan mengurangi tekanan di dalam kompartemen (mirip dengan pemisahan membuka casing sosis). Depending upon the amount of swelling (edema), a second operation may be required later to close the skin after the swelling has resolved. Tergantung pada jumlah pembengkakan (edema), operasi kedua mungkin diperlukan nanti untuk menutup kulit setelah bengkak telah diselesaikan.
Once acute compartment syndrome has occurred, there is no non-surgical alternative. Setelah sindrom kompartemen akut telah terjadi, tidak ada alternatif non-bedah. Hyperbaric oxygen may be considered as an adjunct treatment after surgery to promote healing. Hiperbarik oksigen dapat dianggap sebagai pengobatan tambahan setelah pembedahan untuk mempromosikan penyembuhan.
Treatment will also be directed to the underlying cause of the compartment syndrome and to try to prevent other associated complications including kidney failure due to rhabdomyolysis. Pengobatan juga akan diarahkan ke penyebab dari sindrom kompartemen dan mencoba untuk mencegah komplikasi yang terkait lainnya, termasuk gagal ginjal karena rhabdomyolysis.
Apa saja gejala dan tanda-tanda sindrom kompartemen?
The symptoms of compartment syndrome, plus the circumstances that led to their development assist to make the clinical diagnosis. Gejala-gejala dari sindrom kompartemen, ditambah keadaan yang menyebabkan perkembangan mereka membantu untuk membuat diagnosis klinis. Pain out of proportion to the injury (or physical examination of the muscle compartment) often is the clue to make the diagnosis of compartment syndrome. Rasa tidak sesuai dengan cedera (atau pemeriksaan fisik dari kompartemen otot) sering adalah petunjuk untuk membuat diagnosis sindrom kompartemen. Increased pressure within the muscle compartment causes loss of blood supply and nerve inflammation. Peningkatan tekanan dalam kompartemen otot menyebabkan hilangnya suplai darah dan peradangan saraf. This causes significant pain and numbness or paresthesia. Hal ini menyebabkan rasa sakit dan mati rasa yang signifikan atau paresthesia. (para=abnormal + ethesia=feeling). (Para ethesia + = normal = perasaan).
The diagnosis should be always considered when there is either an associated fracture, high velocity injury like a gunshot wound or a crush injury. Individuals who are taking anticoagulant medications such as warfarin (Coumadin) or enoxaparin (Lovenox) are at higher risk for bleeding into a compartment spontaneously or after injury. Diagnosis harus selalu dipertimbangkan ketika ada salah satu patah tulang yang terkait, cedera kecepatan tinggi seperti luka tembak atau luka menghancurkan. Individu yang menggunakan obat antikoagulan seperti warfarin (Coumadin) atau enoxaparin (Lovenox) memiliki risiko lebih tinggi untuk perdarahan ke kompartemen secara spontan atau setelah cedera.
Historically, the pneumonic memory device for compartment syndrome is the "5 Ps" (pain, paresthesia [change in sensation], pallor [pale coloration], paralysis, and poikilothermia [inability to control temperature]; some authors include pulselessness), but should not be relied upon to make the diagnosis. Secara historis, perangkat memori pneumonic untuk sindrom kompartemen adalah "5 P" (sakit, paresthesia [perubahan] sensasi, [pucat pucat] pewarnaan, kelumpuhan, dan poikilothermia ketidakmampuan [mengontrol] suhu; beberapa penulis termasuk pulselessness), tetapi harus tidak dapat diandalkan untuk membuat diagnosis. Only pain and change in sensation (parathesia) may be symptoms that point to the diagnosis of a developing compartment syndrome. Hanya rasa sakit dan perubahan sensasi (parathesia) mungkin gejala yang mengarah ke diagnosis sindrom kompartemen berkembang.
Examination of the extremity often reveals tense and shiny skin that may be significantly bruised. Pemeriksaan ekstremitas sering mengungkapkan kulit tegang dan mengkilat yang dapat secara signifikan memar. Pain occurs with minimal range of motion of the foot, hand, or any of the extremity with compartment syndrome. Nyeri terjadi dengan kisaran minimal gerak kaki, tangan, atau salah satu ekstremitas dengan sindrom kompartemen. The patient may have difficulty moving the extremity without assistance and pain is provoked when the care practitioner takes the affected limb though any range of motion Pasien mungkin mengalami kesulitan bergerak ujung tanpa bantuan dan rasa sakit adalah memprovokasi ketika praktisi perawatan mengambil dahan terpengaruh meskipun ada berbagai gerakan
In chronic compartment syndrome, there may be pain with range of motion of the extremity and muscle bulging may be noticed. Dalam sindrom kompartemen kronis, mungkin ada rasa sakit dengan rentang gerak ekstremitas dan otot melotot mungkin diperhatikan. Numbness is common but all symptoms usually resolve within a few minutes of discontinuing exercise . Baal adalah umum tetapi semua gejala biasanya menyelesaikan dalam beberapa menit penghentian latihan .

Merokok Dapat Menyebabkan Penyakit Arteriosklerosis

Merokok Dapat Menyebabkan Penyakit Arteriosklerosis



Hubungan rokok dengan pembuluh darah Merokok penyebab utama timbulnya penyakit arteriosklerosis, yaitu menebal dan mengerasnya pembuluh darah (arteriosklerosis). Arteriosklerosis membuat pembuluh darah kehilangan elastisitas serta liang pembuluh darah menyempit. Proses itu terjadi diseluruh tubuh. Arteriosklerosis dapat berakhir dengan penyumbatan yang disebabkan oleh gumpalan darah yang menyumbat pembuluh darah (trombosis), atau mungkin saja terjadi aneurisma (pelebaran pemburuh darah menyerupai kantung). Penyumbatan dapat terjadi secara mendadak jika suatu gumpalan darah lepas terbawa aliran (emboli) sehingga dapat menyumbat dimana saja, mungkin di paru atau otak. Wanita yang merokok dan menggunakan pil kontrasepsi (mengadung estrogen) mempunyai kemungkinan untuk menderita penggumpalan pembuluh darah pada vena dalam (DVT) dan sekitar 10% nya akan mengalami Emboli Paru. Dari 100 pasien yang menderita gangguan sirkulasi pada tungkai bawah (Arteriosklerosis Obliteran) sekitar 99 orang adalah perokok.

Ada 4 tingkat gangguan arteriosklerosis obliteran, yaitu :
• Tingkat I : tanpa gejala
• Tingkat II : kaki sakit saat latihan, misalnya berjalan lebih dari 200 m (II a) dan kurang dari 200 m (II b), keluhanya timbul secara berselang artinya hilang bila istirahat (Claudicatio Intermittens).
• Tingkat III : keluhan timbul saat istirahat umunya saat malam hari dan bila tungkai ditinggikan.
• Tingkat IV : jaringan mati (Nekrosis atau ganrene), dalam stadium ini tindakan yang mungkin hanyalah amputasi (dipotong). Jika penyumbatan terjadi di percabangan aorta daerah perut akan menimbulkan sakit di daerah pinggang termasuk pula timbulnya gangguan ereksi. Seluruh penyakit pembuluh darah memang menyakitkan. Hubungan rokok dengan Saluran pencernaan Di dalam perut dan usus 12 jari terjadi keseimbangan antar pengeluaran asam yang dapat mengganggu lambung dengan daya perlindungan. Rokok meningkatkan asam lambung terjadilah tukak lambung dan usus 12 jari (gastro-duodenal ulcers). Perokok menderita gangguan 2 kali lebih tinggi dari bukan perokok .
Diposkan oleh BiOloGi club di 04:32
Reaksi:

Label: Gangguan-gangguan pada sitem sirkulasi
Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda

MengENaL Lebih Dekat Penyakit eMbOLus
MengenaL Lebih Dekat Penyakit EmboLus
Dalam obat-obatan, sebuah emboli (plural embolisms) (Yunani) terjadi ketika obyek (yang embolus, emboli plural) migrates dari satu bagian tubuh (melalui sirkulasi) dan menyebabkan sebuah blockage (kemacetan) dari pembuluh darah di bagian lain dari tubuh. Istilah di 1848 adalah coined oleh Carl Rudolph Virchow. Hal ini kontras dengan thrombus, atau bekuan darah, yang membentuk di blockage titik dalam darah dan tidak dibawa dari suatu tempat lain.
Pulmonary Embolism
Bekuan darah pada paru dapat menjadi fatal dan adalah salah satu dari diagnosa-diagnosa yang harus selalu dipertimbangkan ketika pasien hadir dengan nyeri dada.
Sementara ada presentasi yang klasik untuk pulmonary embolus dari nyeri dada pleuritic, sesak napas, dan batuk darah (hemoptysis), presentasi yang lebih umum adalah jauh lebih hampir tidak kentara, dan diagnosis mungkin luput dengan mudah dan tidak terhindari.
Faktor-faktor risiko untuk pulmonary embolus termasuk :
Thrombophilia (thrombo=bekuan + philia= atraksi) terdiri dari sekelompok besar kekacauan-kekacauan pembekuan darah yang menempatkan pasien-pasien pada risiko pulmonary embolus.
Pulmonary embolus mulai di vena-vena dimana saja didalam tubuh, biasanya kaki-kaki, meskipun ia dapat terjadi pada pelvis, lengan-lengan, atau vena-vena utama di perut. Ketika thrombus atau bekuan darah terbentuk, ia mempunyai potensial untuk terlepas (sekarang disebut embolus) dan mengapung kemuara, kembali ke jantung. Ia dapat lewat melalui jantung dan kedalam sistim peredaran paru, akhirnya tersangkut pada cabang-cabang dari arteri paru (pulmonary artery) dan menghentikan/menghalangi suplai darah ke bagian dari paru. Aliran darah yang berkurang ini tidak mengizinkan cukup darah untuk mengambil oksigen dalam paru, dan pasien dapat dengan jelas menjadi sesak napas.
Seperti yang disebutkan diatas, keluhan-keluhan umum termasuk:
• nyeri dada pleuritic dari paru yang meradang,
• dahak yang berdarah, dan
• sesak napas.
Pasien dapat juga mempunyai ketakutan dan berkeringat berlebih-lebihan. Tergantung pada ukuran dari bekuan, presentasi awal mungkin adalah pingsan (syncope). Tergantung pada keparahan dari embolus dan jumlah jaringan paru yang berisiko, pasien mungkin menghadirkan penyakit yang kritis dengan tanda-tanda vital yang dengan jelas abnormalnya, atau mungkin tampak agak normal. Pemeriksaan fisik mungkin tidak berguna, dan diagnosis dibuat atas kecurigaan klinis berdasarkan pada sejarah dan faktor-faktor risiko.
Diagnosis mungkin dibuat secara langsung dengan penggambaran (imaging) paru-paru atau secara tidak langsung dengan menemukan bekuan ditempat lain dalam tubuh. Strategi yang digunakan untuk membuat diagnosis akan tergantung pada situasi setiap individu pasien, namun ada beberapa alat-alat umum yang tersedia.
D-dimer adalah tes darah yang dapat mengukur produk-produk penguraian dari bekuan-bekuan darah dalam tubuh namun tidak dapat membedakan pulmonary embolus dari luka parut penyembuhan dari operasi, atau memar dari kejatuhan. Jika tes ini negatif, maka pulmonary embolus dapat biasanya dikesampingkan. Paru-paru dapat dicitrakan (imaged) dengan ventilation-perfusion scan atau CT scan untuk mencari bekuan/gumpalan. Setiap tes mempunyai manfaat-manfaatnya dan batasan-batasannya, dan penggunaan tes-tes ini tergantung pada situasi klinis. Jika ada hal-hal teknik sehingga paru-paru tidak dapat dicitrakan, ultrasound dari kaki-kaki mungkin dilakukan untuk mencari thrombus; konsepnya adalah jika gejala-gejala pulmonary embolus hadir dan bekuan ditemukan di kaki, maka diagnosis dapat disimpulkan. Adakalanya angiography langsung dari arteri-arteri paru mungkin dilakukan.
Perawatan untuk pulmonary embolus adalah antikoagulasi yang menggunakan heparin atau enoxaparin (Lovenox) pada awalnya, kemudian beralih ke warfarin (Coumadin) untuk perawatan jangka panjang. Perjalanan perawatan yang biasa untuk antikoagulasi untuk pulmonary embolus adalah tiga sampai enam bulan.
Paru-paru dan jantung dapat berhenti bekerja jika ada beban bekuan yang cukup besar. Terkecuali dasar-dasar dari oksigen, cairan-cairan intravena, dan obat-obat untuk mendukung tekanan darah, thrombolytic atau terapi penghancur bekuan mungkin dipertimbangkan. Pada kasus-kasus yang jarang dan ekstrem, agen-agen lytic mungkin secara langsung disuntikan kedalam area bekuan. Pulmonary embolus harus selalu dipertimbangkan sebagai penyakit yang mengancam nyawa.
Klasifikasi
Ada berbagai jenis emboli, yang diklasifikasikan berdasarkan emboli bahan :
Terdapat tiga macam jalan sirkulasi dalam emboli, yaitu :
Dalam anterograde emboli, gerakan emboli dalam arah aliran darah

Dalam emboli surut, namun emboli bergerak bertentangan dengan arah aliran darah; ini biasanya hanya cukup dalam darah kapal dengan tekanan rendah (veins) atau dengan emboli tinggi berat.
Dalam paradoksal emboli, juga dikenal sebagai crossed emboli, sebuah embolus dari veins melintasi ke sistem arterial darah. Hal ini umumnya ditemukan hanya dengan masalah jantung seperti septal cacat antara atria atau ventricles.
Thromboembolism
Dalam thromboembolism, maka thrombus (bekuan darah) dari darah benar-benar obyektif atau sebagian dari situs yang trombosa (bekuan darah). Aliran darah akan membawa embolus (melalui darah kapal) ke berbagai bagian tubuh di tempat yang dapat memblokir lumen (rongga kapal) dan kapal menyebabkan gangguan atau kemacetan.
Perlu diketahui bahwa bebas-pindah thrombus yang disebut embolus. J thrombus selalu melekat pada dinding kapal dan tidak bebas bergerak dalam sirkulasi darah. Ini juga merupakan kunci untuk perbedaan Patolog untuk menentukan penyebab bekuan darah, baik oleh trombosa atau bedah mayat bekuan darah. Halangan kapal akan mengakibatkan berbeda mengenai masalah-masalah seperti darah stasis dan ischemia. Namun, tidak hanya thromboembolism akan menyebabkan gangguan aliran darah dalam kapal, tetapi juga semua bentuk emboli mampu menyebabkan masalah yang sama.
Emboli lemak dan Gas Emboli
Emboli lemak biasanya terjadi ketika endogenous (dari sumber di dalam organisme) escapes jaringan lemak ke dalam sirkulasi darah. Yang biasa menyebabkan lemak karena itu emboli yang patah tulang yang berbentuk pipa (seperti tulang paha), yang akan mengakibatkan kebocoran jaringan lemak di dalam sumsum tulang menjadi ruptured kapal. Ada juga exogenous (dari sumber-sumber eksternal asal) menyebabkan seperti suntikan darah dari emulsions.
Suatu emboli udara, di sisi lain, biasanya selalu disebabkan oleh faktor exogenic. Ini dapat menjadi perpecahan dari alveoli, dan inhaled leaked udara dapat masuk ke dalam kapal darah. Lain-lebih umum termasuk yang menyebabkan kebocoran pada pembuluh darah subclavian oleh kecelakaan atau selama operasi di mana terdapat tekanan negatif. Udara kemudian sucked into the veins oleh negatif yang disebabkan oleh tekanan yg berkenaan dgn dada ekspansi selama inhalasi tahap respirasi. Emboli udara dapat juga terjadi selama terapi darah, saat udara leaked ke dalam sistem (Namun ini iatrogenic kesalahan dalam obat modern sangat langka).
Gas emboli umum adalah keprihatinan mendalam-penyelam laut karena gas di darah (biasanya nitrogen dan helium) dapat dengan mudah larut di nilai lebih tinggi pada keturunan ke dalam laut. Namun, bila penyelam naik ke normal atmospheric pressure, yang menjadi gas yg tdk dpt, menyebabkan pembentukan gelembung kecil di dalam darah. Hal ini juga dikenal sebagai decompression sakit atau bends. Fenomena ini dijelaskan oleh Henry hukum dalam kimia fisik.
Septic emboli
Merupakan
embolisms yang agak jarang, septic emboli terjadi ketika jaringan yang bernanah (nanah-berisi jaringan) adalah copot dari awal fokus. Tissue emboli adalah hampir sama dengan kanker metastasis, yang terjadi ketika jaringan kanker darah infiltrates kapal, dan fragmen kecil dari mereka yang dilepaskan ke dalam aliran darah. Asing-tubuh emboli terjadi ketika exogenous dan hanya exogenous-bahan seperti talek memasuki aliran darah dan menyebabkan kemacetan atau halangan sirkulasi darah. Amniotic-cairan emboli adalah jarang komplikasi dari kelahiran.

Klinis Komplikasi Embolus
Dengan asumsi sirkulasi biasa, yang thrombus atau embolus dibentuk dalam sistemik vein akan selalu berdampak pada paru-paru, setelah melewati sisi kanan jantung. Ini suatu bentuk pulmonary emboli yang dapat menjadi komplikasi dari deep vein-darah. Perlu diketahui bahwa, bertentangan dengan kepercayaan, yang paling umum dari situs asal pulmonary emboli adalah yg berhubung dgn tulang paha veins, bukan deep veins dari betis. Deep veins dari anak sapi yang paling umum dari situs thrombi, tidak asal emboli.
Beberapa abnormalities bawaan dari sirkulasi, terutama septal cacat (lubang di sekat jantung), ada embolus dari pembuluh darah ke sistemik lintas ke dalam sistem arterial dan tanah di mana saja di tubuh (yang dikenal sebagai asas emboli atau crossed emboli). Yang paling umum seperti keabnormalan adalah paten foramen ovale, terjadi di sekitar 25% dari populasi orang dewasa, tapi di sini cacat yang berfungsi sebagai katup yang biasanya ditutup, karena tekanan yang sedikit lebih tinggi di bagian kiri jantung. Dalam keadaan tertentu, misalnya jika pasien batuk hanya bila embolus yang lulus, petikan ke sistem arterial mungkin terjadi.
Emboli dimulai di jantung (dari thrombus di atrium kiri sekunder untuk atrial fibrilasi atau infeksi emboli dari endocarditis) dapat menyebabkan emboli di salah satu bagian tubuh. An embolus arahan pada otak yang baik dari jantung atau pembuluh nadi kepala kemungkinan akan menyebabkan ischemic stroke. Emboli dari jantung asal juga sering ditemui dalam praktik klinis. Thrombus formasi di atrium di valvular penyakit terjadi terutama pada pasien dengan mitral valve penyakit, terutama mereka yang dalam mitral valve stenosis dengan atrial fibrilasi (AF). Karena ketiadaan AF, murni mitral regurgitation rendah memiliki insiden thromboembolism. Mutlak risiko emboli di idiopathic AF tergantung pada faktor risiko lainnya seperti meningkatnya usia, hipertensi, diabetes, baru-baru ini gagal jantung, atau sebelumnya stroke. Thrombus formasi juga dapat mengambil tempat dalam ventricles, dan terjadi di sekitar 30% dari dinding depan-myocardial infarctions, dibandingkan dengan hanya 5% dari yang rendah. Dalam tiga bulan pertama setelah infarction, kiri-kamar jantung aneurysms memiliki 10% risiko embolization. Pasien dengan berhubung dgn bagian badan buatan katup juga membawa peningkatan signifikan risiko thromboembolism. Risiko bervariasi berdasarkan jenis katup (bioprosthetic atau mekanis); posisi (mitral atau aortic); dan adanya faktor-faktor lain seperti AF, penyelewengan fungsi ventricular kiri, dan emboli sebelumnya.
Emboli yang lebih sering-konsekuensi serius ketika terjadi dalam apa yang disebut "end sirkulasi" ( wilayah di tubuh yang tidak berlebihan suplai darah, seperti otak, jantung dan paru-aru ).